Surau.ID – Luas hutan primer tropis di berbagai negara terus menyusut dalam skala besar setiap tahun. Penurunan ini bukan disebabkan faktor alam, melainkan aktivitas manusia yang mendorong pembukaan lahan untuk produksi komoditas sumber daya alam.
Menurut FAO 2025, total luas hutan Indonesia kini mencapai 95,97 juta hektare, menjadikannya negara dengan hutan terluas kedelapan di dunia sekaligus yang terbesar di kawasan ASEAN.
Hutan Primer: Warisan Alam yang Sulit Dipulihkan
Hutan primer merupakan ekosistem alami yang belum tersentuh eksploitasi manusia. Kawasan ini menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati serta berperan penting dalam produksi oksigen dan menjaga stabilitas lingkungan.
Kerusakan pada hutan primer dapat bersifat permanen atau membutuhkan waktu pemulihan yang sangat panjang, sehingga keberadaannya dianggap sebagai aset lingkungan yang kritis.
Namun kenyataannya, banyak negara gagal menjaga kelestarian hutan primer mereka. World Research Institute (WRI) mencatat Indonesia kehilangan 10,5 juta hektare hutan primer pada tahun 2024 jumlah terbesar kedua di dunia.
Daftar Negara yang Paling Banyak Kehilangan Hutan Primer Tropis
1. Brasil: 30,7 juta hektare
2. Indonesia: 10,5 juta hektare
3. Republik Demokratik Kongo: 6,9 juta hektare
4. Bolivia: 4,2 juta hektare
5. Malaysia: 2,9 juta hektare
6. Peru: 2,6 juta hektare
7. Kolombia: 2 juta hektare
8. Kamboja: 1,4 juta hektare
9. Laos: 1,2 juta hektare
10. Paraguay: 1,2 juta hektare
1. Brasil: Pertanian dan Kebakaran Jadi Pemicu Utama
Brasil memegang rekor tertinggi kehilangan hutan primer. Tiga faktor utama yang memicu kerusakan hutan di negara tersebut adalah:
Pertanian permanen: 73,8%
Kebakaran hutan: 13,4%
Penebangan: 8,6%
Kegiatan penebangan dan pembakaran lahan umumnya dilakukan untuk membuka area baru bagi pertanian dan peternakan, sehingga banyak wilayah Amazon berubah menjadi perkebunan dan padang penggembalaan.
2. Indonesia: Komoditas Sawit hingga Faktor Alam
WRI mencatat empat faktor utama penyebab deforestasi di Indonesia:
Pertanian permanen: 73,4%
Penebangan: 10,4%
Kebakaran hutan: 7,1%
Pertanian berpindah: 5,6%
Tingginya permintaan komoditas khususnya kelapa sawit dan kayu menjadi pendorong utama hilangnya hutan. Selain itu, fenomena El Nino 1997–1998 dan 2015–2016 turut memperburuk deforestasi akibat kebakaran besar yang tidak terkendali.
3. Republik Demokratik Kongo: Pertanian Pindah Dominan
Kongo mencatat kehilangan hutan terutama akibat:
Pertanian pindah: 82%
Pertanian permanen: 14,9%
Penebangan: 0,9%
Deforestasi di Kongo lebih banyak disebabkan kebutuhan masyarakat lokal, bukan karena industri besar. Pertumbuhan penduduk dan perpindahan akibat konflik internal memicu pembukaan lahan baru secara terus-menerus.
4. Bolivia: Ekspansi Pertanian dan Peternakan
Sejak 2017 hingga 2024, Bolivia mengalami lonjakan signifikan kehilangan hutan primer. Penyebab utamanya meliputi:
Pertanian permanen: 57%
Kebakaran hutan: 36,1%
Kebakaran sering terjadi akibat pembukaan lahan untuk perluasan pertanian skala besar dan peternakan sapi yang didorong oleh kebijakan pemerintah setempat.
5. Malaysia: Didorong Industri Sawit dan Karet
Malaysia sempat kehilangan sekitar 600 ribu hektare hutan primer per tahun antara 2009–2016. Angka itu menurun sejak 2017, tetapi penyebab deforestasi masih didominasi:
Pertanian permanen: 74%
Penebangan: 19,6%
Pertanian pindah: 1,9%
Seperti Indonesia, ekspansi kelapa sawit dan karet menjadi penyebab terbesar hilangnya hutan primer Malaysia. (*)