Cropped Red S Simbol.webp
Surau.ID •
26 November 2025 | 05:38 WIB
Inspirasi, Pesantren

Pesantren Mambaul Hikam Jadi Rujukan Praktik Ekoteologi dan Moderasi Beragama

Pesantren Mambaul Hikam Jombang
Peserta tampak antusias belajar ekoteologi di Pesantren Mambaul Hikam Jombang. (Foto: TIMES Indonesia)

Surau.id Pondok Pesantren Mambaul Hikam, Jatirejo Barat, Diwek, Jombang, menjadi salah satu tujuan pembelajaran ekoteologi bagi puluhan peserta Pelatihan Penggerak Moderasi Beragama dan Internalisasi Ekoteologi, Senin (24/11/2025).

Sejak pagi, para peserta dari berbagai provinsi mulai Sulawesi, Kalimantan, NTB, Bali hingga Jawa, berdatangan untuk melihat langsung praktik pengelolaan lingkungan berbasis nilai keagamaan yang dijalankan pesantren.

Kepala Ma’had Mambaul Hikam, Hj. Maftuhah Mustiqowati, menjelaskan bahwa pendekatan ekoteologi—atau ekomoderasi—telah diterapkan sejak 2015. Program tersebut bermula dari kegiatan sederhana, seperti sedekah sampah, pemanfaatan botol bekas, dan edukasi kebersihan ekologis kepada santri.

“Kesadaran lingkungan kami bangun berbasis nilai keagamaan, agar tidak berhenti sebagai pengetahuan, tetapi menjadi kebiasaan,” kata Maftuhah, dilansir TimesIndonesia.co.id.

Seiring waktu, program ekomoderasi berkembang menjadi gerakan kolaboratif lintas iman. Pesantren menjalin kerja sama dengan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jombang serta komunitas Khonghucu dalam berbagai aksi lingkungan, mulai dari pembuatan biopori di area gereja dan klenteng, pengelolaan minyak jelantah, hingga daur ulang plastik dan kertas.

Menurut Maftuhah, kerja sama tersebut adalah bentuk konkret moderasi beragama. “Lingkungan adalah kepentingan bersama. Karena itu, upaya merawatnya memerlukan kolaborasi lintas keyakinan,” ujarnya.

Pendeta GKI Jombang, Diah Nooraini Kristianti, yang hadir dalam kegiatan itu, menilai kerja sama tersebut berdampak positif bagi para siswa di lingkungan gereja. Mereka belajar tentang pelestarian lingkungan sambil memahami pentingnya hidup berdampingan dalam keberagaman.

1000708603

Setelah sesi paparan, peserta diajak meninjau sejumlah praktik ekoteologi di area pesantren. Mereka melihat proses pembuatan sabun dari minyak jelantah, produksi ekoenzim, serta kerajinan kaligrafi berbahan kertas daur ulang. Para peserta tampak aktif berdiskusi dengan santri mengenai teknik pengolahan limbah rumah tangga.

Kunjungan diakhiri dengan penampilan wayang Potehi, salah satu kesenian Tionghoa yang dirawat di pesantren. Pihak pesantren menyebut pelestarian budaya sebagai bagian dari semangat merawat keragaman dan lingkungan.

Pelatihan ini merupakan program resmi Kementerian Agama yang digelar UIN SATU Tulungagung sejak 19 November 2025 dan diikuti peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Program tersebut diharapkan memperkuat praktik moderasi beragama sekaligus menumbuhkan kepedulian ekologis di lembaga pendidikan keagamaan.

Dengan rekam jejak panjang dalam gerakan ekoteologi dan kolaborasi lintas iman, Pesantren Mambaul Hikam kini menjadi salah satu model rujukan nasional dalam pengembangan pendidikan lingkungan berbasis nilai agama. (*)

Penulis: Redaksi Surau.ID
TAGS
White Surau
Media Kolaborasi Bersama untuk informasi yang lebih dekat dengan pembaca.

Langganan

Dapatkan artikel atau tulisan terbaru dari Surau.id
Copyright © 2025 Surau.id