Probolinggo, Surau.ID – Perkembangan teknologi menurut KH Moh. Zuhri Zaini, kini menjadi salah satu pintu dakwah paling efektif. Banyaknya mualaf lahir dari interaksi mereka dengan media digital, membaca teks keislaman tanpa harus bertemu langsung.
“Tanpa bertemu langsung, mereka bisa membaca teks-teks Islam dari media. Itu juga bagian dari dakwah,” imbuhnya. Pemanfaatan media digital dipandang sebagai bagian dari strategi dakwah yang relevan hari ini.
Pandangan tersebut ditegaskan untuk menunjukkan bahwa dakwah pesantren tidak hanya berlangsung di ruang fisik, tetapi juga di ekosistem digital yang lebih luas. Teknologi, menurut beliau, menjadi penguat bagi misi pendidikan dan pengabdian pesantren dalam menjangkau masyarakat.
“Ini bukan berarti menafikan ilmu-ilmu yang lain, sebab agama tidak bisa berjalan dengan baik tanpa dukungan dari sektor lain: ekonomi, politik, budaya, dan lain sebagainya. Jadi tidak bisa berdiri sendiri, tetap memerlukan ilmu yang lain (IPTEK),” terang beliau, dikutip dari Nuruljadid.net.
Tujuan Utama Pesantren
“Tujuan dakwah adalah mengadakan perubahan dari yang tidak baik menjadi baik, dan dari yang baik menjadi lebih baik,” dawuh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid.
Pesantren, lanjut beliau, lahir untuk mewujudkan misi kenaiban dalam dakwah dan pendidikan, membentuk manusia muslim yang salih, muslim, dan bermanfaat.
Dalam penjelasannya, Kiai Zuhri menegaskan bahwa pengabdian di pesantren bukan sekadar menjalankan tugas administratif, tetapi meneruskan perjuangan panjang dakwah para masyayikh hingga Nabi Muhammad SAW. Pesantren, menurut beliau, adalah lembaga yang menjalankan misi dakwah dan pendidikan sebagaimana yang dicontohkan Nabi.
Dua Fondasi Pengabdian
Ada dua tema besar yang menjadi fondasi pengabdian di pesantren: peningkatan ruhul jihad (semangat berjuang atau mengabdi) dan peningkatan kapasitas diri. Dua hal ini, menurut Kiai Zuhri, sangat penting untuk suksesnya dan bermaknanya pengabdian.
Hal tersebut disampaikan dalam Capacity Building dalam Ruhul Jihad pada Rabu, 3 Desember 2025 di Aula I Pesantren. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kompetensi dan semangat pengabdian pengurus, dihadiri oleh seluruh pengurus mulai tingkat satuan kerja hingga satuan pendidikan.
Dalam tausiyahnya, beliau menjelaskan bahwa tugas pengurus pesantren mencakup tiga ranah sekaligus: dakwah, pendidikan, dan pelayanan. Semua bermuara pada tujuan utama pesantren, yakni membekali santri dengan agama, tafaqquh fiddin.
Panca Kesadaran Santri
Dalam paparannya, Kiai Zuhri memaparkan panca kesadaran santri sebagai fondasi kaderisasi pesantren: beragama, berilmu, bermasyarakat, berbangsa–bernegara, dan berorganisasi. Dua kesadaran pertama menjadi fondasi spiritual dan intelektual yang berkaitan dengan Tuhan, sedangkan dua kesadaran berikutnya merupakan ibadah sosial.
“Tidak cukup tekun shalat dan dzikir, tetapi harus pula memberi manfaat bagi sesama,” terang beliau. Kesadaran berorganisasi, lanjutnya, merupakan bagian integral dari ajaran Islam. “La islama illa bi jamaah. Islam tidak sempurna bila dijalankan sendiri-sendiri. Kebersamaan adalah syarat keberhasilan perjuangan,” jelasnya.
Pesantren menurutnya menekankan pengabdian dengan empat prinsip: kerja ikhlas, kerja keras, kerja baik (itqan), dan kerja sama.(*)
__________
Tausiyah ini disampaikan Kiai Zuhri dalam kegiatan Capacity Building Pengurus bertema Ruhul Jihad yang digelar pada Rabu (3/12/2025) di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Acara ini diikuti pengurus dan pembina pesantren sebagai upaya memperkuat arah pendidikan, khususnya dalam kaderisasi santri.
